Minggu , 26 Maret 2023
Gerakan Sumsel Mandiri Pangan
By. Reslawati. Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional
By.Reslawati. Peneliti Senior Badan Riset dan Inovasi Nasional

Masyarakat Islam Indonesia belum banyak tahu dan paham tentang apa itu moderasi beragama, sehingga terjadi banyak penolakan tentang konsep tersebut

SindoSumsel.com, Heboh penolakan masyarakat terhadap moderasi beragama yang dicanangkan oleh pemerintah melalui Kementerian Agama, beberapa waktu lalu melalui media sosial.

Lewat tagar #TolakModerasiBeragama melalui akun tweeter, menjadi tranding topik yang naik cukup signifikan. Sebanyak 4,715 twitter memfolow tagar tersebut (Oktober 2021). Mereka menolak karena menganggap moderasi beragama merupakan proyek ciptaan dari barat, sama dengan radikalisme, dan dapat membuat umat islam fobia terhadap agamanya sendiri. “Sejatinya, baik radikalisme dan moderasi agama adalah proyek ciptaan barat untuk menghalau kebangkitan pemikiran islam,” ujar netizen akun @AAlabqary dikutip Isu Bogor dari Twitter, Sabtu, 2 Oktober 2021.

Penolakan juga dilakukan oleh tokoh agama di Kabupaten Cibinong, Prov. Jawa Barat, yang tidak mau disebutkan namanya, menuding moderasi beragama menyesatkan umat Islam, karena mengajarkan umat musyrik (menyekutukan Tuhan). Karena moderasi beragama membolehkan umat untuk ikut dalam upacara tradisi agama lain, seperti sedekah laut .

Hal ini senada dengan komentar beberapa anggota grop Whatshapp, yang menyatakan “moderasi beragama merupakan penyesatan umat dalam beragama”.

*Memahamkan Konsep Moderasi Beragama
Apa itu konsep moderasi beragama?*

Dalam Bahasa Inggris Moderation artinya sikap sederhana, sikap sedang, sikap tidak berlebih-lebihan.

Menurut kamus Bahasa Indonesia, moderasi beragama adalah pengurangan kekerasan, pengurangan ekstrimisme. Sedangkan menurut Bahasa Arab disebut wasathiyah artinya, yang mengarahkan umatnya agar berlaku adil, seimbang, bermaslahat dan proporsional, atau sering disebut moderat dalam semua dimensi kehidupan. Sehingga dalam konsep Kementerian Agama, Moderasi Beragama diterjemahkan sebagai cara pandang, sikap dan perilaku ditengah-tengah, diantara pilihan ekstrim yang ada atau selalu mengambil posisi ditengah-tengah, selalu bertindak adil, tidak ekstrim dalam beragama, hal ini termaktub dalam Buku Moderasi Beragama, yang ditulis oleh Tim Penyusun Kementerian Agama RI.

Baca :  Komplotan Bobol Rumah dan Ruko Diringkus Polisi

Adapun ukuran kemoderatan berlandaskan teks-teks agama, konstitusi negara, kearifan lokal, serta konsensus dan kesepakatan bersama. Secara sederhana dapat diterjemahkan menarik sikap ekstrim kanan (yang mudah mengkafir-kafirkan orang) ketengah dan sikap ekstrim kiri (ekstimisme, liberal, sekuler, dll) ketengah dalam beragama.

Moderasi beragama merupakan kunci terciptanya toleransi dan kerukunan umat beragama. Mampu hidup bersama sekaligus dapat menerima perbedaan orang lain.

Sesungghnya konsep moderasi beragama ini, belum familiar di tengah masyarakat Indonesia yang multikulturalisme. Sehingga wajar jika masyarakat kontroversial terhadap tawaran pemerintah tentang konsep tersebut. Yang mereka anggap akan membawa umat kepada kesesatan, dll, akibat ketidak pahaman masyarakat terhadap hal tersebut.

Jika kita cermati bersama konsep yang ditawarkan oleh Kementerian Agama tersebut sebagai jalan tengah, agar umat beragama tidak bersikap berlebihan atau ekstrim dalam beragama, misalnya menolak bertetangga dengan orang yang beda suku, beda agama, beda paham, merasa paling benar sendiri pendapatnya, dll. Hal ini dapat mengganggu hubungan intern dan antar umat beragama.

Seyogyanya nilai-nilai keagamaan dan kearifan lokal yang dapat mempertemukan kesamaan di antara intern dan antar umat beragama, menjadi jalan tengah hubungan harmonisasi antara mereka, misalnya sikap saling tolong menolong, kerjasama dalam muamalah, memperingati hari-hari besar keagamaan, dll, yang tentunya bukan sikap mentoleransi tentang akidah/teologis. Jika hal ini dapat dipahami oleh masyarakat Indonesia, ada kemungkinan mereka tidak akan menolak konsep moderasi beragama tersebut.

Untuk itu perlu dilakukan kampanye/sosialisasi tentang moderasi beragama kepada masyarakat Indonesi disemua lapisan.

Kampanye Moderasi Beragama.

Masyarakat butuh diedukasi terus menerus tentang sikap terbuka satu sama lain dan saling menerima dalam keragaman, meningkatkan kerjasama antar mereka, tidak memaksakan kehendak dan keyakinannya kepada orang lain, agar terjadi harmonisasi dalam kehidupan sehari-hari.

Baca :  Cerita Bripka Firman Saat Menolong Monyet Yang Jadi Korban Tabrak Lari

Dengan bersikap moderat dalam beragama, sama halnya sudah menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia sebagai hamba Tuhan. Juga dapat mencegah konflik, sekaligus melestarikan budaya bangsa yang sejak dahulu kala mempunyai sifat ketimuran suka bergotong royong, saling membantu dan kerjasama, sebagai warisan nilai-nilai luhur bangsa.

Kampanyekan dapat dilakukan melalui berbagai media, seperti membuat ruang-ruang perjumpaan publik berupa taman bermain, pentas seni teater, lomba baca puisi, membuaf film pendek dan documenter, olah raga, semua ini dilakukan bersama dengan menghadirkan kelompok lintas agama, dll, dengan tema moderasi Beragama.

Selain itu, kampanye juga dapat dilakukan melalui lembaga-lembaga yang dibentuk masyarakat, kelompok pemuda lintas agama, melalui para penyuluh agama, sarasehan, diskusi publik, pengajian, ormas2 perempuan, ormas keagamaan, dialog kebangsaan, duta-duta moderasi beragama dari kalangan milenial, kelompok PKK, RT, RW, Ormas Keagamaan, dll.

Muatan materi moderasi beragama berupa sikap toleran kepada sesama, menolak tindak kekerasan atas nama agama, menghargai tradisi dan budaya masyarakat yang beragam, agar tercipta harmonisasi, persatuan yang kuat di dalam masyarakat.

Tugas menyadarkan masyarakat tentang moderasi ini tidak gampang, dibutuhkan kerjasama berbagai pihak agar apa yang menjadi harapan dalam rangka memperat moderasi beragama di masayarakat dapat terwujud. Untuk itu dibutuhkan kemampuan komunikasi yang intensif dalam interaksi sosial di masyarakat.

Sesungguhnya moderasi beragama merupakan tawaran salah satu solusi terbaik saat ini dalam mengantisipasi gesekan, potensi konflik, jika kita memahami substansi dari nilai-nilai moderasi beragama tersebut, yang merupakana manifestasi dari nilai-nilai kebaikan dari setiap ajaran agama di muka bumi ini. (Ril)

Hendri Zainuddin, Presiden Sriwijaya FC